Disusun oleh : Ustadz Kholid Syamhudi, Lc
عَنْ صُهَيْبٍ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّم: ” عَجَبًا لِأَمْرِ المُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إَلَّا للمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.
Dari Shuhaib رضي الله عنه , beliau berkata, Rasûlullâh ﷺ pernah bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Seluruh urusannya adalah baik dan tidak ada pada seorangpun kecuali milik Mukmin. Apabila menimpanya kesenangan maka ia bersyukur hal itu baik baginya dan bila menimpanya kesusahan maka ia bersabar, maka itu baik untuknya.”
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini dikeluarkan oleh Muslim dalam shahihnya 12/7469 no. 2999, Ahmad dalam al-Musnad 4/332 dan 333, ad-Dârimi dalam sunannya 2/318, Ibnu Abi Syaibah dalam Musnadnya 1/321 no. 479, Ibnu Hibbân dalam Shahihnya 7/155 no. 2896, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabîr 8/8316-8317 dan al-Baihaqi dalam Syu’abil Imân 4/116 dari jalan Tsabit al Bunani dari Abdurrahman Abi Laili dari Shuhaib secara marfu’.
BIOGRAFI SHAHABAT PERAWI HADITS
Beliau adalah Shuhaib bin Sinân bin Mâlik bin Abdu Amru bin Nufail bin ‘Amir ar-Raba’i an Namari Abu Yahya Maula Abdullâh bin Jud’ân at-Taimi. Beliau berasal dari negeri Maushil satu daerah yang berada di antara sungai Dajlah dan Al-Furât, lalu Rumawi menyerang daerah tersebut dan menawannya dalam keadaan beliau masih kecil sehingga tumbuh berkembangdi Rumawi. Lalu Bani Kalb membelinya dari bangsa Rumawi kemudian membawanya ke kota Makkah dan dibeli oleh Abdullâh bin Jud’ân dan dia memerdekakannya. Lalu beliau menetap bersama Abdullâh bin Jud’ân sampai Abdullâh ini meninggal dunia. Shuhaib masuk Islam di Makkah. Ia termasuk as-Sâbiqunal Awalûn dan orang-orang lemah yang disiksa di jalan Allâh di Makkah. Beliau masuk Islam bersama Ammâr bin Yâsir dalam hari yang sama setelah jumlah Muslimin tiga puluh lebih dan Rasûlullâh ﷺ waktu itu berada di Dâr al-Arqam bin Abil Arqam. Kemudian beliau berhijrah dengan mengorbankan semua hartanya yang ada di Makkah sehingga turun firman Allâh عزوجل :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَاۤءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ رَءُوْفٌۢ بِالْعِبَادِ
Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allâh; dan Allâh Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Al Baqarah/2:207)
Ketika berhijrah beliau berjumpa dengan Rasûlullâh ﷺ di Quba sebelum masuk kota Madinah. Ketika sampai di Madinah beliau menetap bersama para bujangan lainnya di rumah Sa’ad bin Khaitsamah dan dipersaudarakan dengan al-Hârits bin ash-Shimmah.
Beliau termasuk sahabat yang tidak ikut fitnah setelah terbunuhnya Utsman bin Affân رضي الله عنه dan menyibukkan diri dengan urusannya dan ibadahnya. Shuhaib seorang dermawan, pemaaf dan beraklak mulia. Beliau memiliki 307 hadits yang diriwayatkan dalam buku-buku hadits. Wafat tahun 38 H dan ada yang menyatakan tahun 39 H dalam usai 73 tahun di kota Madinah dan jenazahnya dishalatkan oleh Sa’ad bin Abi Waqhâsh dan dikuburkan di Baqi’.1
SYARAH KOSA KATA HADITS.
- ( عَجَبًا لِأَمْرِ المُؤْمِنِ ) Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin dalam semua keadaan.
- ( خَيْرٌ ) : Dalam sebagian naskah disebutkan (لَهُ خَيْرٌ ) pengertiannya: sesungguhnya seluruh urusannya adalah baik untuknya di akhirnya walaupun tampak sebagiannya dipandang orang keburukan.
- ( وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إَلَّا للمُؤْمِنِ ) yang dimaksud dengan Mukmin ini adalah Mukmin yang sempurna imannya.
- ( إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ ): Apabila mendapatkan nikmat dan kelapangan hidup serta kemudahan taat kepada Allâh.
- ( شَكَرَ، ) : bersyukur kepada Rabbnya atas kemudahan dan anugerah tersebut
- ( وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ ): Apabila mendapatkan kesusahan seperti kefakiran, sakit, ujian dan musibah
- (صَبَرَ): dia bersabar.
- ( فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.) : semuanya itu kebaikan untuknya.
Tampak jelas bahwa kefakiran diiringi dengan kesabaran tidak mesti lebih baik dari kaya diiringi dengan syukur. Namun keadaan berserah dan menerima itu yang utama dan melaksanakan tuntutan waktu lebih tinggi sesuai dengan perbedaan keadaan dan tingkatan seorang manusia
SYARAH HADITS
Seorang Mukmin dalam pandangan Islam memiliki sifat-sifat dan tanda yang menunjukkan kebenaran imannya dan menegaskan kekokohan aqidahnya, karena ia akan melaksanakan semua yang dituntut iman baik berupa perkataan maupun perbuatan. Jelaslah iman itu adalah pembenaran dengan hati, ikrar dengan lisan dan amal dengan anggota tubuh.
Nabi ﷺ menegaskan sikap yang didasari iman dalam menyertai seorang Mukmin dalam perkara kehidupannya dan menghadapi kejadian kejadian yang akan dijumpainya. Seorang Mukmin selalu memenuhi hatinya dengan syukur ketika mendapatkan kesenangan dan dengan kesabaran ketika mendapatkan kesusahan, lalu kebaikan selalu menjadi balasannya karena ia tidak kufur nikmat dan tidak putus asa dan patah hati ketika menghadapi musibah. Inilah yang menjadikan semua urusan Mukmin tersebut menakjubkan.
Dalam hadits yang mulia ini, Nabi ﷺ memilih kata Mukmin dan tidak menggunakan kata Muslim untuk menunjukkan martabat iman lebih tinggi dari martabat Islam. Sebaik-baiknya dalil tentang hal ini adalah firman Allâh عزوجل:
۞ قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗوَاِنْ تُطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ اَعْمَالِكُمْ شَيْـًٔا ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Orang-orang Arab Badwi itu berkata:”Kami telah beriman”.Katakanlah (kepada mereka):”Kamu belum beriman,tetapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allâh dan Rasul-Nya, Dia tiadaakan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hujurât/49:14)
Sumber kehebatan ini adalah kemampuan seorang Mukmin menggabungkan dua hal yang berlawanan antara kesenangan dan kesusahan yang sebenarnya keduanya adalah kebaikan bagi orang yang beriman karena keduanya adalah takdir Allâh عزوجل . Seorang Mukmin mampu bersikap benar dalam menghadapi takdir Allâh عزوجل dengan senantiasa berada pada keadaan syukur bila mendapatkan anugerah dan bersabar bila mendapatkan musibah.
Oleh karena itu, kedua keadaan tersebut memberikan kebaikan kepada seorang Mukmin dan ini adalah kekhususan orang yang beriman yang tidak dimiliki selainnya. Semakin sempurna iman seorang semakin sempurna juga syukur dan sabarnya dan Rasûlullâh ﷺ adalah contoh yang pas dalam hal ini. Kesempurnaan iman Beliau tampak dalam kesempurnaan syukur dan sabar Beliau.
Al-Munâwi رحمه الله menyatakan, “Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Seluruh urusannya adalah baik dan tidak itu ada pada seorangpun kecuali milik Mukmin dan itu tidak ada pada orang-orang kafir dan munafiq kemudian Beliau ﷺ menjelaskan sisi menakjubkannya dengan sabda Beliau, Apabila mendapatkan anugerah seperti kesehatan, keselamatan, harta dan martabat, maka bersyukur kepada Allâh atas anugerah yang telah diberikannya, Maka itu baik baginya. Sebab ditulis pada catatan orang-orang yang bersyukur dan Bila menimpanya kesusahan seperti musibah maka ia bersabar maka itu baik baginya, karena menjadi golongan orang-orang yang bersabar yang Allâh puji mereka dalam al-Qur`an. Seorang hamba selama pena taklif berlaku padanya maka pintu-pintu kebaikan terbuka dihadapannya. Sebab ia berada di antara nikmat yang wajib disyukur dan musibah yang wajib disabari, serta perintah yang dilaksanakan dan larangan yang dijauhi. Itu selalu dimilikinyasampai mati. “2
Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimin رحمه الله berkata, “Diantara sebab rasa kagumnya Rasûlullâh ﷺ kepada urusan Mukmin dan itu dalam rangka memuji dan membenarkannya adalah karena seluruh urusannya kebaikan, apabila bersyukur atas nikmat maka itu kebaikan baginya dan bila bersabar atas musibah maka itu kebaikan baginya dan itu tidak ada kecuali pada Mukmin.” 3
Demikianlah kehebatan seorang Mukmin yang selalu diberikan taufik oleh Allâh -Ta’ala- untuk selalu dalam kebaikan. Wabillahitaufiq.
FAEDAH HADITS
- Adanya uslub targhîb (motivasi).
Nabi ﷺ dalam hadits ini menggunakan uslub targhib yang merupakan uslub dakwah penting yang seharusnya digunakan seorang da’i dalam membimbing dan membina audiensnya. Uslub ini bisa membawa mereka menyingsingkan lengan bajunya untuk menjalankan ketaatan kepada Allâh D agar meraih kebahagian di dunia dan akhirat. Dalam hadits ini ada motivasi untuk bersyukur dalam menerima kenikmatan dan bersabar dalam menghadapi musibah.
- Bagusnya keadaan seorang Mukmin.
Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimin berkata, Seorang mukmin dalam segala keadaan yang ditakdirkan Allâh عزوجل kepadanya adalah kebaikan baginya. Apabila mendapatkan musibah maka ia bersabar atas takdir Allâh D dan menunggu kemudahan dari Allâh عزوجل serta berharap pahala dari Allâh sehingga itu kebaikan baginya dan mendapatkan pahala orang-orang yang bersabar. Apabila mendapatkan kesenangan berupa kenikmatan agama seperti ilmu dan amal shalih dan kenikmatan dunia sepertiharta, anak dan istri maka ia bersyukur kepada Allâh عزوجل. Syukurnya dilakukan dengan melaksanakan ketaatan kepada Allâh عزوجل sehingga menjadi kebaikan untuknya dan mendapatkan dua kenikmatan; kenikmatan dunia dan agama. Kenikmatan dunia dengan mendapatkan kesenangan dan kenikmatan agama dengan syukur. Inilah keadaan seorang mukmin. 4
- Keutamaan iman dan urusannya pada hamba tidak sama dengan selainnya dengan sebab iman membawa pemiliknya melakukan aktifitas terpuji dan akhlak mulia berupa syukur dan sabar serta yang lainnya.
- Keutamaan Syukur.
Dalam hadits yang mulia ini Rasûlullâh ﷺ menegaskan keutamaan bersyukur yang merupakan kebaikan bagi seorang Mukmin. Diantara keutamaan syukur adalah:
- Menjalankan perintah Allâh عزوجلdan menjauhi larangan Allâh عزوجل, seperti dalam firman-Nya :
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ ࣖ
Dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al Baqarah/2:152)
- Memuji orang yang bersyukur dan menjadikannya sebagai hamba pilihan, seperti disampaikan Allâh عزوجل tentang Nabi Ibrahim dalam firman-Nya:
اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ كَانَ اُمَّةً قَانِتًا لِّلّٰهِ حَنِيْفًاۗ وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ شَاكِرًا لِّاَنْعُمِهِ ۖاجْتَبٰىهُ وَهَدٰىهُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorangimam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allâh dan hanif. Dan sekali kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Rabb), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allâh, Allâh telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. (QS. An-Nahl/16:120-121)
- Allâh عزوجل menjadikan syukur sebagai target tujuan penciptaan seperti dalam firman-Nya:
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dan Allâh mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl/16:78)
- Allâh عزوجل menjanjikan balasan terbaik bagi orang yang bersyukur seperti dalam firman-Nya:
وَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ
Dan Allâh akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran/3:144)
- Allâh عزوجل menjadikan syukur sebagai sebab tambahnya anugerah Allâh dan penjaga keutuhan nikmat sebagaimana dalam firman-Nya:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Dan (ingatlah juga), takala Rabbmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim/14:7)
- Orang yang bersyukur adalah orang yang dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat Allâh عزوجل, seperti dijelaskan dalam firman-Nya:
اَلَمْ تَرَ اَنَّ الْفُلْكَ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِنِعْمَتِ اللّٰهِ لِيُرِيَكُمْ مِّنْ اٰيٰتِهٖۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allâh, supaya diperlihatkan Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. (QS. Luqmân/31:31)
- Allâh meridhai amalan syukur ini seperti dijelaskan dalam firman-Nya:
وَاِنْ تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَكُمْۗ
Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; (QS. Az Zumar/39:7)
- Keutamaan bersabar atas ujian Allâh عزوجل.
Hadits ini menjelaskan bahwa kesabaran seorang Mukmin adalah kebaikan. Bahkan Rasûlullâh ﷺ menegaskan keutamaan sabar dari semua yang tidak menyenangkan dengan menjadikan akibatnya adalah syurga. Sahabat yang mulia Ibnu Abbas رضي الله عنه pernah berkata kepada ‘Atha` :
أَلاَ أُرِيْكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ؟ قُلْتُ: بَلَى، قالَ: هَذِهِ المَرْأَةُ السَّوْدَاءُ، أَتَتِ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَتْ: إِنِّيْ أُصْرَعُ، وَإِنِّيْ أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ اللَّهَ لِيْ، قَالَ: (( إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الجَنَّةُ، وَإِنْ شِئتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيْكِ)) فَقَالَتْ: أَصْبِرُ، فَقالتْ: إِنِّيْ أَتَكَشَّفُ، فادع الله لِيْ أَنْ لَا أَتَكَشَّفَ، فَدَعَا لَهَا.
Maukah aku perlihatkan kepadamu seorang wanita penduduk syurga? Aku menjawab; Mau. Beliau berkata: inilah wanita hitam. Dia mendatangi Nabi ﷺ seraya berkata, aku sering tidak sadar (karena sakit ayan) dan aku terbuka auratku, Berdoalah kepada Allâh untukku. Lalu Beliau ﷺ menjawab: “Apabila kamu ingin, kamu bersabar dan kamu mendapatkan syurga dan kalau kamu ingin , maka aku akan berdoa kepada Allâh untuk menyembuhkanmu.” Maka ia menjawab; Aku bersabar. Lalu ia berkata, Namun aku sering tersingkap auratku, maka doakanlah aku agar tidak tersingkap auratku. Lalu Beliau ﷺ mendoakannya. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Ibnul Qayyim رحمه الله menjelaskan tentang hal-hal yang membantu bersabar orang yang terkena musibah yaitu
- Melihat akibat balasan yang baik atas musibah tersebut.
- Menunggu pertolongan Allâh عزوجل.
- Menganggap ringan musibah yang menimpanya dengan menghitung nikmat dan anugerah Allâh عزوجلyang telah didapatkannya dan mengingat nikmat nikmat yang telah lalu. 5
Demikianlah seorang Mukmin selalu ingat kepada Allâh dan selalu memandang baik semua yang menimpanya. Wallâhu a’lam. [ ]
1 Lihat ath-Thabaqât Ibnu Sa’ad 3/226-230, al-Isti’âb Fi Ma’rifatil Ash-hâb, ibnu Abdilbarr hlm 239-241 dan al-Ishâbah fi Tamyiiz ash-Shahâbah, Ibnu Hajar 2/218.
2 Faidhu al-Qadîr, 4/302.
3 Syarh Riyadhus Shâlihin, 1/79.
4 Syarh Riyadhus Shâlihin, 1/79.
5 Lihat Madârij as-Sâlikin, 2/445-447
Majalah As-Sunnah EDISI 07 / TAHUN XXIV / 1442 H / 2020 M